Jumat, 18 April 2008

MurBaut.com

Membaca atau mendengar namanya pikiran kita akan tertuju pada suatu web tentang mur baut atau bisa juga webstore yang menjual mur dan baut.

Minggu, 13 April 2008

Malu Bertanya Sesat Dijalan

Tidak terasa waktu bergulir dengan cepat, sudah genap enam minggu Business Start Up Workshop TDA EM berlalu. Dan hari Sabtu ini adalah Business Review kedua yang sedianya diselenggarakan di McCafe McDonald Sarinah, tapi karena satu dan lain hal kemudian pindah ke Wisma Aldiron Jl.Gatot Subroto Kav.72.
Bertempat di lounge Training Center PT. Reka Piranti Prakarsa, Ground Floor Suite 011 acara berlangsung dengan nuansa santai namun penuh dengan pencerahan dari para mentor, banyak juga lontaran trik-trik marketing yang tidak terpikir sebelumnya.

Alumni TDA EM (demikian kami disebut) bergantian menyampaikan perkembangan business action masing-masing, ada yang sudah launching webstore alias jualan via online, ada yang banting stir karena rencana awal terlalu besar cost-nya, ada yang masih kesusahan memperoleh bahan baku untuk produknya, ada yang merasa bingung atas bisnis yang sudah dijalani namun selalu stag di titik tertentu, dan ada juga yang baru saja me-launching webstore tapi masih merasa premateur dengan webstore-nya tersebut.

Saya sendiri sampai saat ini dalam tahap follow up terus dengan supplier dan searching lokasi. Survey lokasi sudah dilakukan disalah satu mal incaran saya, namun traffic pengunjung yang tidak terlalu ramai di tempat tersebut membuat saya menjadi sedikit pesimis, dan berujung pada niat untuk datang pada pertemuaan hari ini menciut. Kenapa? karena saya merasa tidak memiliki progress yang positif. Ternyata ‘ketakutan’ itu sangat tidak beralasan dan akhirnya tertepis dengan input-input positif dari para mentor dan rekan-rekan alumni lainnya. Justru akan sangat menyesal bila saya tidak datang pada pertemuan hari ini.

Memang benar bila disebutkan kalau mau memperoleh masukan maka bertanyalah, niscaya akan memperoleh hal-hal yang mungkin tidak terpikirkan sebelumnya oleh kita. Artinya kalau kita sudah bertanya kemungkinannya adalah fifty-fifty untuk memperoleh jawaban atau tidak , tapi kemungkinannya menjadi nol besar bila kita diam saja. Pepatah lamapun mengajarkan : “malu bertanya sesat dijalan”.

Business Review kedua hari ini saya rasakan kembali telah menghapus kabut yang mulai menutupi passion, juga menyalakan kembali api action yang meredup.

Kamis, 10 April 2008

Apa ini juga 'Ilmu Jualan'?

Banyak cara untuk menjual maupun meningkatkan profit bisnis dalam ilmu marketing, namun yang saya jumpai di salah satu toko di Jogja baru-baru ini membuat saya bertanya dalam hati apakah ini juga termasuk didalam ilmu tersebut?

Ceritanya, saat pulang liburan panjang dua minggu yang lalu saya membeli etalase kecil untuk jualan pulsa. Yang saya tuju adalah toko aluminium dan kaca dekat rumah, kebetulan beberapa kali saya datang ke toko tersebut untuk membeli kaca, tapi di kedatangan saya kali ini toko tersebut sudah menjadi dua toko meskipun masih satu atap.

Singkat cerita saya masuk salah satu toko tersebut untuk memesan etalase, setelah bertanya harga etalase dengan ukuran sesuai pesanan, saya kemudian malah tertarik salah satu etalase yang sudah jadi yang dipajang dibagian depan toko. Ukurannya tidak terlalu besar dan sepertinya cocok untuk saya sebagai pemula yang masih mencoba meraba bisnis jualan pulsa ini. Harganya bisa dibilang mahal untuk ukuran tersebut, namun dari tempat itu justru saya malah kemudian melirik etalase ukuran sejenis yang juga dipajang di bagian depan toko sebelahnya.

Beberapa langkah selanjutnya saya sampai ditoko kedua untuk melihat dan menawar etalase tersebut. Dari sinilah awal dari pertanyaan diatas, si empunya toko kedua adalah suami dari pemilik toko pertama, berdasar cerita beliau awalnya toko mereka jadi satu, tapi karena pelanggan tetapnya atau costumer sering complain dengan harga tinggi yang selalu ditawarkan sang istri ( posisi sang suami sering di proyek jadi jarang ada ditoko) maka finaly toko diputuskan untuk dibagi menjadi dua, sang suami ingin kembali menarik pelanggan yang sempat kabur karena ulah istrinya.

Namun yang terjadi persaingan tidak sehat, menurut pengamatan saya dari cerita sang suami tentang istrinya hampir semua menjelekkan toko sang istri, antara lain harganya yang lebih mahal, kualitas material yang kurang bagus/kalah bagus dari tokonya, dan kualitas hasil pekerjaan yang masih dibawah kualitas pekerjaan karyawannya. Memang benar dari harga jual lebih murah toko sang suami, secara kualitas material dan kualitas produk(etalase) toko sang suami juga lebih baik.

Dari cerita pemilik toko kedua tersebut bisa dipastikan costumer akan memilih untuk memesan atau membeli produk di toko kedua (milik sang suami), apalagi bila setiap costumer diberikan cerita sama seperti yang diceritakan kepada saya. Secara kebetulan didaerah tersebut hanya ada dua toko kaca dan aluminium (yang notabene pemiliknya adalah suami istri). Tidak tahu apa maksud yang mereka lakukan, tapi entah mereka berakting atau memang sedang memiliki konflik diantara keduanya, yang jelas hal itu dapat meningkatkan penjualan salah satu dari mereka.

Kalau mereka tidak sedang dalam konflik berarti dengan ‘mengorbankan’ salah satu toko mereka bisa jadi toko yang lain(toko kedua) menjadi selalu mampu menjaring costumer untuk memesan atau membeli produk di toko tersebut. Apakah ini juga termasuk cara menjual dalam ilmu marketing?